Desa Cipayung Wakili Cikarang Timur dalam Lomba Kampung Bersih 2025, Wujudkan Gerakan Lingkungan Berkelanjutan

Advetorial

Wantaranews.com, Kab Bekasi – Dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-75 Kabupaten Bekasi dan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kembali menggelar Lomba Kampung Bersih Bangkit Maju Sejahtera tahun 2025. Program ini tidak hanya menjadi bagian dari perayaan tahunan, tetapi juga ditujukan untuk menanamkan kesadaran kolektif warga terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Desa Cipayung resmi mewakili Kecamatan Cikarang Timur dalam ajang bergengsi ini setelah berhasil meraih juara di tingkat kecamatan. Terpilihnya Desa Cipayung bukan tanpa alasan. Desa ini dikenal memiliki inisiatif berkelanjutan hasil kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat. Salah satu program unggulannya adalah Jumat Bersih (Jumsih), yang telah menjadi budaya rutin warga.

“Program Jumsih tidak lahir karena lomba. Ini memang sudah menjadi rutinitas warga yang kami bangun bersama sejak awal menjabat,” ujar Kepala Desa Cipayung, Ajan, Kamis (31/07/2025).

Kegiatan Jumsih dilaksanakan setiap hari Jumat dan melibatkan berbagai unsur masyarakat, termasuk organisasi lokal seperti Muslimat NU. Menurut Ajan, pendekatan partisipatif dan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan desa, bukan sekadar mobilisasi sementara menjelang perlombaan.

Salah satu motor utama dari gerakan bersih ini adalah Kampung Ciranggon, yang telah menjadi kampung percontohan dengan tingkat kesadaran tinggi dalam menjaga lingkungan. “Pak Gunawan dan warganya adalah bukti bahwa kesadaran bisa muncul dari akar rumput. Kami tidak perlu repot mengatur, karena mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan,” jelas Ajan.

Setelah sukses di tingkat kecamatan, Desa Cipayung kini bersiap menghadapi tantangan di level kabupaten. Salah satu inovasi yang akan diusung adalah pendirian bank sampah sebagai upaya sistematis dalam pengelolaan limbah rumah tangga sekaligus memenuhi indikator penilaian lomba.

“Target kami bukan hanya menang, tapi menjadikan pola hidup bersih ini sebagai budaya tetap. Karena itu kami dorong inovasi seperti bank sampah dan perluasan program ke seluruh dusun,” tambah Ajan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian dan Pengelolaan Persampahan DLH Kabupaten Bekasi, Mansyur Sulaiman, menyatakan bahwa lomba ini merupakan sarana membangun budaya bersih dan tanggung jawab terhadap sampah yang dimulai dari lingkungan terkecil.

“Lomba ini bukan sekadar ajang seremonial. Ini adalah momentum untuk mengajak masyarakat mengubah pola pikir. Sampah bukan hanya urusan pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua sebagai penghasilnya,” ujarnya.

Dalam lomba ini, setiap kecamatan diwajibkan mengirimkan minimal dua peserta dari kategori perumahan dan pemukiman/pedesaan, dengan maksimal empat peserta per kecamatan. Aspek penilaian mencakup kebersihan dan pengelolaannya, ekonomi sirkular, keindahan lingkungan, keasrian, gotong royong warga, dan keamanan lingkungan.

Untuk memotivasi peserta, DLH telah menyiapkan hadiah menarik, termasuk uang pembinaan sebesar Rp 11 juta dan satu unit gerobak motor bagi juara umum kabupaten. Gerobak motor juga akan diberikan kepada juara umum masing-masing kategori perumahan dan pemukiman.

“Lebih dari sekadar kompetisi, lomba ini bertujuan mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Dari pola ‘kumpul, angkut, buang’ menjadi budaya memilah dan menerapkan prinsip 3R: Reduce, Reuse, Recycle,” tegas Mansyur.

Ia berharap lomba ini menjadi pemantik gerakan dari bawah untuk mengatasi persoalan sampah tanpa harus menunggu intervensi pemerintah.

Dengan fondasi gerakan yang dibangun dari bawah dan komitmen kuat seluruh elemen masyarakat, Desa Cipayung tampil sebagai pionir kampung bersih di Cikarang Timur. Lebih dari sekadar ajang lomba, desa ini menjadi contoh nyata bagaimana pembangunan berbasis partisipasi warga dapat melahirkan perubahan yang berkelanjutan.

“Kami tidak ingin gerakan ini selesai saat lomba selesai. Ini harus terus tumbuh, dari kampung, lalu menjadi gerakan desa, bahkan kabupaten,” tutup Ajan.(ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *