Wakil Bupati Ahmad Jayadi: Ritual Pakanan Sahur Salah Satu Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan

News

Wantaranews.com – Pulang Pisau

Wakil Bupati Pulang Pisau, Ahmad Jayadi Karta, menghadiri acara ritual adat Pakanan Sahur Lewu (Patahu) yang digelar di Desa Bahu Palawa, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, pada Kamis (4/9/2025). Acara ini merupakan salah satu tradisi penting masyarakat Dayak yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur.

Ritual Pakanan Sahur Lewu bertujuan untuk memohon perlindungan dan penjagaan dari para leluhur bagi keturunan yang masih hidup. Selain itu, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan Mamapas Lewu, yaitu ritual pembersihan secara fisik dan spiritual terhadap suatu wilayah, desa, atau kampung, demi terciptanya keharmonisan dan keselamatan bersama.

Wakil Bupati Ajak Lestarikan Budaya Lokal

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Ahmad Jayadi yang hadir mewakili Bupati Pulang Pisau, Ahmad Rifa’i, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan dapat menghadiri acara adat yang sarat nilai budaya ini.

“Sebagai kepala daerah, saya merasa bangga sekaligus bersyukur bisa hadir dalam ritual adat ini. Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, kita harus tetap menjaga dan melestarikan budaya warisan leluhur, khususnya adat Dayak, agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya.

Beliau juga menegaskan bahwa pelestarian budaya lokal bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat, khususnya generasi muda, agar tradisi yang memiliki nilai luhur ini tetap hidup dan terus diwariskan.

Tradisi Dayak yang Hampir Punah

Sementara itu, Fordecon, Kepala Desa Bahu Palawa, menjelaskan bahwa ritual Pakanan Sahur Lewu telah menjadi bagian dari jati diri masyarakat Dayak asli Kalimantan Tengah. Tradisi ini, menurutnya, merupakan warisan yang sangat berharga dan telah dilaksanakan secara turun-temurun setiap tahun.

“Ritual ini adalah identitas masyarakat Dayak. Namun, kami khawatir tradisi ini semakin tergerus oleh modernisasi dan bisa punah jika tidak dijaga bersama. Karena itu, kami berharap kegiatan seperti ini terus didukung, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, agar tetap lestari,” ungkapnya.

Makna dan Harapan

Ritual Pakanan Sahur Lewu dan Mamapas Lewu tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga, tetapi juga sarana memperkuat ikatan spiritual dan sosial dalam masyarakat Dayak.
Melalui pelaksanaan tradisi ini, diharapkan generasi penerus dapat memahami nilai-nilai luhur budaya lokal, sekaligus menjadikannya sebagai pedoman dalam menjaga keharmonisan hidup di tengah perkembangan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *