wantaranews.com – JAKARTA
Kinerja sektor manufaktur masih cukup menjanjikan, meski perekonomian global masih belum bersahabat di tengah tensi geopolitik dunia, baik di kawasan Eropa maupun di Timur Tengah, yang masih memanas.
Indikator itu tergambarkan dari kinerja ekspor mengacu data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut lembaga itu, kinerja ekspor nonmigas, yang didominasi ekspor hasil industri pengolahan, masih cukup besar, yakni USD236,41 miliar di periode Januari–November 2023.
Kinerja yang mumpuni itu tidak terlepas dari sejumlah indikator, yakni output industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila pada 2020, nilai output industri tercatat USD210,4 miliar, maka pada 2021 naik menjadi USD228,32 miliar.
Kinerja itu kembali naik menjadi USD241,87 miliar pada 2022. Sementara itu, hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar USD192,54 miliar.
Meningkatnya daya saing sektor industri di Indonesia juga didukung oleh realisasi investasi, baik dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).
Investasi di sektor industri manufaktur terus menunjukkan peningkatan, dari Rp213,4 triliun pada 2020, menjadi Rp307,6 triliun di 2021, kemudian mencapai Rp457,6 triliun pada 2022. Di periode Januari–September 2023, investasi di sektor itu tercatat sudah mencapai Rp413 triliun.
Parameter kinerja sektor manufaktur Indonesia juga bisa tergambarkan dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang selama 27 bulan berturut-turut terus berada di level ekspansi.
Artinya, kondisi sektor manufaktur Indonesia stabil. Hingga saat ini, hanya ada dua negara di dunia, yaitu India dan Indonesia, yang berada dalam posisi tersebut.
Bagaimana kinerja industri manufaktur Indonesia menghadapi tantangan di 2024? Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita cukup optimistis, bahkan berani membidik target pertumbuhan kinerja industri pengolahan atau manufaktur sebesar 5,80 persen pada 2024, lebih tinggi dari target 4,81 persen di 2023.
Menperin Agus berani menetapkan target itu dengan kontributor utama yang mendorong target tersebut, yakni industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ilmate).
Menurutnya, angka target tersebut cukup agresif, mengingat sektor industri terus menjadi penggerak perekonomian nasional dan dinilai mampu mempercepat langkah menuju Indonesia Emas 2045.
“Pada 2024, kami (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas pada angka 5,80 persen. Saya harus mengatakan bahwa ini angka cukup agresif,” kata Agus dalam jumpa pers akhir tahun Kemenperin, pada Kamis (28/12/2023).
Dia menuturkan bahwa angka target pertumbuhan kinerja manufaktur pada 2024 merupakan angka hasil reviu Renstra Kemenperin 2020-2024 dengan melihat realisasi hingga 2023. Sebagaimana diketahui, industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,20 persen pada triwulan ketiga tahun ini. Adapun Agus merincikan, kontributor industri yang akan mendongkrak kinerja tersebut adalah industri agro sebesar 6,14 persen, industri kimia, farmasi, dan tekstil tumbuh 4,76 persen, industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronik tumbuh 6,87 persen dan industri kecil, menengah dan aneka (IKMA) yang tumbuh 4,25 persen.
“Ini masih rendah ya untuk Agro, seharusnya bisa 8 persen. Saya yakin agro bisa lebih unggul di atas 6,14 persen,” imbuhnya.
Lebih lanjut, target industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE) sebesar 6,87 persen dinilai sejalan dengan tren kinerja industri sepanjang Januari–September 2023 yang mampu mencapai 12,09 persen ditopang industri elektronika dengan pertumbuhan 14,57 persen dan industri logam sebesar 12,50 persen.
Sejalan dengan arahan Menperin Agus Gumiwang, Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, pihaknya akan berupaya mendukung industri untuk tetap dapat mempertahankan pertumbuhan double digit dengan program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) hingga hilirisasi.
“Selama ini dari triwulan satu sampai triwulan III tumbuh 12,09 persen. Di tahun depan, kita usahakan double digit terus atas dukungan menteri,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Kemenperin menargetkan kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 17,90 persen pada 2024 dengan peningkatan tenaga kerja sebanyak 20,33 juta orang.
Di sisi lain, kementerian itu menargetkan nilai investasi sektor industri dibidik akan meningkat dari Rp571,47 triliun sepanjang 2023 menjadi Rp630,57 triliun pada 2024. Sementara itu, nilai ekspor produk industri ditargetkan naik dari Rp186,40 triliun menjadi Rp193,4 triliun tahun depan.