wantaranews.com – Bandung
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, mengajak para pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk memanfaatkan program kredit usaha rakyat (KUR) yang telah digulirkan pemerintah.
Menurut Airlangga, bunga cicilan dari KUR itu relatif terjangkau bagi UMKM di tengah tren kenaikan harga pangan pada tahun ini.
“Bunga KUR sampai dengan pinjaman Rp100 juta itu hanya 3,0 persen,” kata Airlangga saat melakukan kunjungan kerja dan dialog mitra SRC di Hotel Pullman Bandung, Selasa (15/3/2022).
Untuk itu, Menko Perekonomian mengajak pelaku UMKM yang menjadi mitra Sampoerna Retail Community (SRC) mulai mengajukan pinjaman KUR ke bank untuk mengoptimalkan usaha maupun pendapatan mereka.
Dalam dialog dengan Menko Perekonomian, sebagian besar mitra Sampoerna Retail Community (SRC) yang berada di Bandung mengaku belum berani untuk mengajukan pinjaman modal usaha ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. lantaran gejolak harga komoditas pangan yang masih berlanjut hingga awal tahun ini.
Salah satu mitra SRC Bandung sekaligus pedagang kelontong Dadang mengatakan dirinya lebih yakin untuk menggunakan modal usaha pribadi ketimbang mengajukan kredit usaha rakyat atau KUR ke BNI.
“Selama ini saya pakai modal sendiri, saya merasa bingung dengan kondisi sekarang karena omzetnya juga naik turun, takutnya kita kekejar untuk membayar cicilan itu,” kata Dadang.
Dadang beralasan turunnya omzet pedagang kelontongan di Bandung belakangan disebabkan karena naiknya harga komoditas pangan seperti Minyak Goreng dan Gula.
Selain itu, pedagang kelontong sekaligus mitra SRC Nonoy mengatakan batas atas persentase cicilan KUR itu relatif tinggi dengan asumsi inflasi pada tahun ini yang terkerek naik akibat naiknya harga komoditas bahan baku dan pangan.
“Kalau cicilannya 3 persen setahun begitu sanggup gak?,” tanya Airlangga kepada mitra SRC.
“Kalau seandainya bunganya itu agak rendah untuk keadaan sekarang, saya mau, apalagi menghadapi harga minyak goreng saat ini, masa supermarket saja yang disubsidi seharusnya kan itu dari bawah, mohon maaf pak,” tutur Nonoy.
Dalam kesempatan tersebut, Nonoy juga mengeluhkan, harga minyak goreng yang masih tertahan tinggi di tengah masyarakat. Konsekuensinya, pedagang kelontong belakangan kesulitan untuk mencari barang jualan tersebut.