wantaranews.com – jakarta
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa gempa tektonik M6,2 yang terjadi pada Jumat, (25/2/2022) pukul 8:39:29 WIB di wilayah Talamau Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) merupakan gempa ke-10, setelah sembilan kali kejadian sejak 1835.
“Kami mencatat segmen angkola ini mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga kekuatan M7,6. Hari ini masih M6,2 yang kita update menjadi M6,1, artinya belum sepenuhnya terlepas. Artinya kita memang masih sepatutnya untuk waspada dengan cara mitigasi yang tepat terutama penataan bangunan standar gempa bumi,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers gempa M6,2 Sumbar yang digelar virtual pada Jumat (25/2/2022).
Lebih lanjut Dwikorita menguraikan bahwa daerah Sumatera Barat telah mengalami sejarah gempa bumi yang cukup panjang. Diantaranya;
1. 26 Agustus 1835 terjadi gempa di Padang, dampaknya berupa kerusakan ringan dan retakkan pada bangunan;
2. 5 Juli 1904 terjadi gempa di Siri Sori Sumbar. Gempa ini mengakibatkan terjadinya tsunami di Pantai Siri Sori;
3. 28 Juni 1926 gempa di Padang Panjang yang mengakibatkan lebih dari 354 orang meninggal dunia, dan gempa tersebut menimbulkan bencana di sekitar Danau Singkarak, Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawahlunto, dan Alahan Panjang;
4. 4 Februari 1971 terjadi gempa di Sumatera Utara dengan M6,3. Gempa ini mengakibatkan bangunan rusak di Pasaman;
5. 8 Maret 1977 gempa di Pasaman dampaknya menimbulkan kerusakan 737 rumah di Sinurat;
6. 7 Oktober 1995 terjadi gempa lagi dengan skala 7 SR, kejadian ini mengakibatkan 84 orang tewas, 558 orang luka berat dan 1.310 orang luka ringan, serta 7.137 rumah, transportasi, irigasi, tempat ibadah, pasar dan pertokoan rusak;
7. 16 Februari 2004 gempa di tanah datar dengan skala 5,6 SR. Akibat gempa ini 6 orang meninggal, 10 luka-luka, dan 70 rumah rusak;
8. 22 Februari 2004 terjadi gempa di pesisir selatan dengan skala 6 SR. Akibatnya 1 orang meninggal, 1 orang luka berat, 5 orang luka ringan, 151 bangunan dan rumah rusak di Kab. Pesisir Selatan;
9. 30 September 2009 gempa terjadi di dekat dengan Padang Pariaman dengan skala 7,6 SR.
Dampak gempa menelan korban 75 orang tewas, ribuan rumah rusak, gedung oerkantoran, mall, dan hotel juga banyak yang rusak, getaran gempa bahkan juga terasa hingga ke Malaysia dan Singapura.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan, hingga pukul 10:06 WIB telah terjadi 15 kali gempa susulan dengan magnitudo bervariasi, terbesar M4,2. Perlu diketahui bahwa gempa utama yang M6,1 atau M6,2 sebelumnya didahului oleh satu kali kejadian gempa bumi pendahuluan atau forshock. Ini merupakan gempa yang memiliki tipe dua, yaitu jenis gempa yang diawali gempa pembuka atau forshock, kemudian terjadi gempa utama atau menshock, dan baru diikuti serangkaian gempa susulan atau aftershock.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Suko Prayitno Adi menambahkan, kejadian gempa ini mempunyai karakteristik gempa susulan. “Untuk itu kami rekomendasikan kepada masyarakat demi keselamatannya, bagi yang bangunan rumahnya rusak agar menjauh dulu dari rumahnya, karena meski gempa susulan ini magnitudonya lebih kecil tetapi gempa susulan yang bisa terjadi dalam 1-2 hari kedepan ini dikhawatirkan bisa menambah kerusakan pada bangunan rumah, atau bahkan bisa roboh bangunannya,” ucapnya.
Begitu juga dengan masyarakat yang tinggal didaerah lereng atau tebing agar meninggalkan lokasi tempat tinggalnya itu sementara, karena dikhawatirkan nanti akan terjadi longsoran di wilayah lereng.
Namun demikian, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.