Transformasi Digital, 80 Persen Omzet Pedagang Tradisional dari Pesanan Daring

Breaking News

wantaranews.com – jakarta

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, tren pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sudah beralih dari perdagangan tradisional ke perdagangan digital (E-commerce). Hal itu ditandai dengan banyak pelaku UMKM tersebut yang memiliki akun toko digital di berbagai platform pasar digital yang marak berkembang saat ini.

“Ada tren baru tadi, pelaku UMKM di pasar tradisional sudah melek digital,” ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi ketika melakukan kunjungan kerja ke Pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (3/2/2022).

Menurut Mendag, para pedagang tradisional saat ini sudah mulai menggunakan aplikasi pasar digital yang tengah berkembang di tanah air. Jadi, pedagang-pedagang tersebut memiliki kios fisik yang berada di fasilitas pasar tradisional dan akun toko digital dari berbagai platform aplikasi perdagangan melalui ruang digital.

Penggunaan ruang digital pun disinyalir memiliki daya tarik yang sangat ampuh dalam meningkatkan penjualan. Sehingga, omzet para pedagang yang menggunakan ruang digital lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki kios fisik. Dari penjualan yang menggunakan ruang digital dapat membuat produk laku hingga 80 persen.

“Tadi ada pedagang yang 80 persen omzetnya dari pesanan daring atau online,” kata Mendag.

Tren positif itu, lanjut Mendag, akan membuka peluang dalam menyukseskan program membawa sebanyak 1 juta pelaku UMKM beralih dari tradisional ke digital pada akhir 2022 mendatang. Dengan upaya itu, diharapkan dapat meningkatkan penjualan dari pelaku UMKM dengan menggunakan medium ruang digital dalam menjajakan produknya.

“Kita akan melakukan 1 juta onboarding pelaku UMKM ke platform digital tersebut,” imbuhnya.

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pada 2025 pasar digital atau e-commerce Indonesia akan meningkat secara signifikan sampai USD146 miliar atau setara dengan Rp2.100 triliun. Melalui angka fantastis tersebut, Indonesia akan memberikan kontribusi ekonomi digital signifikan di Asia Tenggara (ASEAN) yang persentasenya bisa mencapai hingga 40 persen.

Hal itu, berpotensi terjadi dalam beberapa waktu ke depan, indikasinya saat ini Indonesia memiliki perusahaan startup dengan kategori unicorn sebanyak delapan aplikasi. Jumlah itu, sekaligus membuktikan bahwa pada saat ini Indonesia mendominasi memiliki perusahaan dengan tipe kategori di atas dibandingkan negara lain di ASEAN.

Kemudian, ada satu perusahaan startup dengan kategori Decacorn. “Kita memiliki delapan unicorn, ini terbanyak di Asia Tenggara. Ada Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, apalagi? Dan satu decacorn kita, yaitu Gojek,” tutur Presiden.

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *